Senin, 20 April 2020 pukul 19.30 samapai selesai FORMAD (forum mahasiswa fuad) Daring via Grub whatsapp di rumah masing-masing Bedah Isu dengan tema Kuliah Daring dalam Perspektif Teori Konflik Marx dipandu oleh moderator Dini Damayanti dipantik oleh "Adi Yulianto" (Ketua HMJ SA atau Mahasiswa SA angkatan 2018) dan "Maz Dicky" (Mahasiswa SA angkatan 2017).
Moderator membuka diskusi mengenai pandemi yg terjadi saat ini berdampak pada hampir segala sektor. salah satunya adalah pendidikan, yg harus dilakukan secara daring (online) termasuk perkuliahan. Dari "Mas Dicky", memaparkan bahwa kuliah daring memberikan kesan lebih seru dan santai. selain itu, mengefektikan waktu. kuliah degan sistem daring juga bisa dibilang menjadi tantangan bagi kita dalam menjawab arus teknologi yang kian canggih, dan memaksa kita untuk akrab.
sayangnya, kuliah daring tidak sepenuhnya mulus. ketika baik dosen maupun mhs terkendala jaringan internet dan spesifikasi smartphon atau laptop. selain itu, kuliah metode daring dapat memicu kejahatan intelektual, seperti copy paste tugas saat berlangsungnya diskusi dan presentasi. Konflik dalam perspektif Marx, menjelaskan adanya pemisahan kelas dalam masyarakat. menjadi kelas borjuis yaitu kelas berduit pemilik modal atau kepemilikan produksi dan kelas proletar yaitu kelas menengah ke bawah atau Buruh.
hampir sama dengan mas Dicky, Adi memaparkan sisi positif dari kuliah daring yakni kita dapat me-manage waktu, selain itu dapat menghemat bensin atau tenaga untuk pergi ke kampus. sayangnya, jaringan internet masih menjadi satu kendala paling banyak terjadi saat kuliah daring. Adi mengkritisi pula kuliah daring yang memicu konflik, sebab terasa adanya pemerasan atau penyiksaan secara perlahan juga mengkritisi terkait alur UKT di tengah kuliah daring. Mas Dicky melihat konflik di kuliah daring dalam bentuk penindasan atas tugas-tugas yg dirasa terlalu banyak.
Audience menanggapi pemantik bahwa ia setuju dengan pemaparan pemantik tentang dampak negatif berupa terkendala singal. Untuk menghubungkan itu dengan ide konflik Marx kita membalik lagi bahwa Marx berpandangan bahwa ekonomi adalah infra struktur. Dalam konteks saat ini "Hubungan ekonomi dan struktur kelas" dapat dilihat dari perkuliahan daring. Yaitu dengan penjelasan sederhana "pembelajaran daring dapat dilakukan bagi mereka yang punya akses internet". Kita tidak bisa memungkiri bahwa ada yang tidak bisa mengikuti kuliah online karena keterbatasan akses internet. Hal ini dapat dikarenakan mereka tidak punya uang.
Nah akses internet gratis tidak bisa didapatkan oleh semua orang bagi saya dan yang saya sebut bila tidak punya uang untuk sekedar cari wifi di warkop. Inilah yang nantinya dapat menimbulkan kelas-kelas sosial tertentu. Dalam kuliah daring akan berpotensi menciptakan pemetaan kelas yang diuntungkan adalah mereka yang punya internet lancar oke (anggap saja itu kaum borjuis atau punya modal). Dengan mereka yg kesulitan akses internet (anggap saja itu kaum proletaratau tdk punya modal).
Audince memaparkan persoalan mengenai konflik kuliah daring, Dengan teori konflik dari Marx, apakah mahasiswa termasuk pihak yang tertindas? Apakah dosen tidak mengalami pula ketertindasan? Dan, yang mana sebenarnya yang menjadi pihak yang tidak diuntungkan di sini?
Pemantik menanggapi pertanyaan dari audience bahwa Marx menjelaskan adanya pemisahan kelas antara Borjuis dan ploretar, dalam kuliah daring anggapan dosen sebagai kaum Borjuis memberikan pekerjaan pada mahasiswanya tugas yang berlebihan karena, seperti di kampus kita kebanyakan dosen belum mengetahui struktur tata cara kuliah online yang efektif, dan mahasiswa sebagai kaum pekerja yang minim sekali dalam meresap materi yang di berikan dosen. Yang akan berdampak tertindasnya mahasiswa dan melakukan kejahatan intelektual oleh para mahasiswa Dalam instasi kampus ada yang mengendalikan berjalannya suatu pembelajaran di dalamnya, kita sebut saja orang rektorat. Dosen hanya menjalankan peraturan yang tertulis di kampus, ingat tertulis yaa. Sedangkan mahasiswa menerima asupan dari dosen. Sebenarnya antara dosen dan mahasiswa sama-sama saling membutuhkan. Dan saling tidak di untungkan, kenapa dari pihak rektorat tidak memberikan layanan internet gratis kepada dosen dan mahasiswa, seperti kampus-kampus islam lain, agar berjalannya kuliah daring tidak terlalu menjadi beban bagi dosen dan mahasiswa.
Jadi pihak yang tidak diuntungkan adalah mereka yang tidak bisa melakukan daring karena keterbatasan modal untuk masuk kelas online. Juga mereka yang mengalami penindasan berupa tugas-tugas. Dosen bisa saja menjadi golongan tersebut dari beban tugas birokrasi kampus. Tp yg berpotensi lebih tinggi adalah mahasiswa karena dosen yg memiliki modal pengetahuan, wewenang dalam memberikan tugas-tugas.
0 comments:
Post a Comment