Sosiologi Agama adalah salah satu program studi di lingkungan IAIN Tulungagung.yang bernaung di bawah Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). SALAM SATU WARNA

Wednesday, November 8, 2017

Sejarah Banjari Dari Tulungagung


Pengertian dan sejarah al banjari ialah:
Dalam versi ini, yang disebut sebagai perintis adalah seorang keturunan Arab Habib Abu Bakar bin Idrus Al-Habsyi yang akrab disapa Yik Bakar. Ia adalah salah seorang tokoh masyarakat yang menggemari kesenian Islam. Melalui kesenian, solidaritas umat Islam mudah disatukan Disela-sela latihan kesenian inilah,Yik Bakar memberikan nasehat-nasehat keagamaan.
Dari situ,masyarakat semakin intens berlatih kesenian Hadrah ini.  Hadrah ini memiliki banyak pengikut. Dahulu Hadrah tersebut belum dikenal dengan sebutan al-Banjari, akan tetapi Majruran (majelis yang berjajar atau “sekumpulan yang berbaris-baris”). Kegiatan kesenian ini kemudian menular ke daerah lainnya.
Apalagi tatkala Yik Bakar memutuskan berpindah ke Manyar, Gresik. Sejak berpindah ke Gresik, Yik Bakar semakin bersemangat mengembangkan Hadrah ini. Dan, ketika ada sebuah kesenian jenis baru bernama majruran, beberapa kelompok umat Islam merasa lega dan memberikan waktu khusus untuk mempelajari dan mengembangkan kesenian ini. Majruran semakin berkembang,
Selain Yik Bakar, terdapat nama lain tidak tak bias dilepaskan dari sejarah Hadrah al-Banjari. Haji Basyuni, beliau ialah salah satu nama perintis Hadrah bersama Yik Bakar. Berasal dari Banjarmasin, pria ini tinggal di Tulungagung dengan berdagang. Duet Yik Bakar dan Haji Basyuni inilah yang membuat kesenian Hadrah mampu bertahan di awal perintisannya hingga saat ini.
Adapun Haji Basyuni, sebagai seorang Banjar, juga memiliki kecintaan terhadap tradisi berkesenian Hadrah di kampung halamannya. Pertemuan dua pecinta seni inilah yang ikut memberikan warna menarik bagi perkembangan Hadrah al-Banjari Jika pendapat pertama di atas menilai bahwa perintisan Hadrah al-Banjari dimulai dari Tulungagung atas dorongan Yik Bahar.
Di versi lain yaitu ada yang mengatakan bahwasannya al banjari itu disebarkan oleh Ustadz Chumaidi Abdul Majid yang berasal dari dari Tapaan Pasuruan, sedangkan kedua bernama Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang lebih dikenal dengan nama Guru Zaini dari Martapura Banjarmasin. Keduanya belajar menuntut ilmu kepada Kiai Syarwani di Pondok Pesantren Datuk Kalampayan Bangil.
Setelah lulus dari pesantren tersebut, baik Ustadz Chumaidi maupun Guru Zainiberdakwah di masyarakat. Di antara metode dakwahnya adalah dengan menggunakan media musik Hadrah al-Banjari sebagai daya pikat bagi masyarakat.
Ustadz Chumaidi menyebarkannya di kawasan Bangil, Pasuruan, Probolinggo, dan daerah di Jawa Timur, sedangkan Guru Zaini menyebarkan kesenian ini di daerah asalnya, yaitu Martapura Banjarmasin. Karena orang lebih mengenal dengan Guru Zaini yang berasal dari Banjarmasin, maka kemudian seni Hadrah tersebut lebih dikenal menjadi Hadrah al-Banjari. Nama inilah yang hingga kini melekat di benak masyarakat dan menjadi cirikhas tersendiri.
Hadrah atau biasa yang dikenal dengan al-banjari merupakan kegiatan membaca sholawat dengan diiringi alat musik terbang. Seni al banjari memiliki irama yang menghentak, rancak dan variatif. Kesenian ini seringkali digelar dalam acara-acara seperti maulid nabi, isra’ mi’raj atau hajatan semacam sunatan dan pernikahan.
Keunikan banjari adalah hanya terdapat satu alat musik yaitu rebana yang dimainkan dengan cara dipukul secara langsung oleh tangan pemain tanpa menggunakan alat pemukul.
Musik ini dapat dimainkan oleh siapapun untuk mengiringi nyanyian dzikir atau sholawat yang bertemakan pesan-pesan agama dan juga pesan-pesan sosial budaya. Umumnya menggunakan bahasa Arab, tapi belakangan banyak yang mengadopsi bahasa lokal untuk kesenian ini.
http://qosfada.com/2016/11/17/inilah-sejarah-al-banjari-yang-wajib-diketahui/

0 comments: