Sosiologi Agama adalah salah satu program studi di lingkungan IAIN Tulungagung.yang bernaung di bawah Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). SALAM SATU WARNA

Wednesday, April 29, 2020

Formad Daring: Mengenal Feminisme

Formad Daring: Mengenal Feminisme
Corona semakin naik daun. Pasalnya tidak hanya memberi pengarih dalam kesehatan dan keselamatan masyarakat, tetapi juga semua bidang. Hal ini termasuk lockdown di mana-mana terutama tempat umum, tidak terkecuali kampus.

Kampus sebagai salah satu nstansi yang berfungsing sebagai sarana belajar mengajar telah ditutup sementara. Hal ini bukan saja meresahkan dosen yang mengajar dan menuntaskan mata kukiahnya, tetapi juga mahasiswa yang sepenuhnya belum dapat menyelesaikan mata kuliahnya.

Bukan hanya itu, seluruh aktivitas yang berhubungan dengan kampus telah beralih menjadi daring. Hal ini dilakukan untuk menuntaskan seluruh kegiatan kampus saat pandemi ini. Selain itu, organisasi-organisasi kampus dilakukan dengan daring juga, seperti yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama (HMJ SA).

HMJ SA memiliki kegiatan rutin setiap minggunya, yaitu Forum Diskusi Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (Formad). Kegiatan yang biasanya dilakukan di forum outdoor ini, sekarang beralih di Whats App Group (WAG). Formad yang dulunya sempat tertunda, akan diteruskan di WAG dengan tema Feminisme pada Senin (30/3).

Formad kali ini dipantik oleh Dini Damayanti, mahasiswa semester empat Jurusan Sosiologi Agama. Ia mengawali diskusi dengan memaparkan perbedaan seks dan gender. Selanjutnya adalah pembahasan inti, yaitu pengertian feminisme, gelombang feminisme, dan problematika feminisme di masyarakat.

Pertama, pembahasan terkait seks dan gender. Seks bisa disebut dengan sesuatu yang kodrati, yang melekat pada diri manusia, yang tidak dapat diberikan kepada orang lain. Misalnya, vagina pada perempuan dan penis pada laki-laki. Sedangkan, gender adalah suatu sifat yang telah terkonstruk dalam masyarakat, dapat diberikan atau dilakukan orang lain. Misalnya, memasak adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh siapun, baik perempuan maupun laki-laki.
Pemantik juga memberikan contoh yang mungkin dianggap membingungkan bagi peserta diskusi. "Hamil dan menyusui itu seks atau gender?," pancing pemantik. Tentu saja jawaban teman-teman diskusi beragam, ada yang menyebutnya seks, ada pula gender.

Perihal hamil dan menyusui memang identik dengan perempuan. Dengan dalih kalau hanya perempuan yang memiliki payudara dan rahim. Tentu saja, kedua hal ini adalah kepunyaan perempuan dan itu disebut dengan seks.
Namun, hamil dan menyusui adalah kegiatan yang bukan hanya perempuan saja yang bisa. Kedua hal itu adalah pilihan. Yang mana perempuan memiliki hak untuk memilih "mau" menyusui dan hamil atau tidak. Kegiatan itu, mutlak pilihan, yang artinya itu adalah gender.

Setelah selesai pada perdebatan tersebut, dilanjutkan dengan pembahasan terkait opresi atau akar ketertindasan yang selama ini diperangi oleh para feminis. Dari dulu, sejak abad 18-an, feminis telah berjuang memerangi opresi dalam masyarakat. Mulai dari tuntutan untuk di ruang publik, seksualitas, ketertindasan di tempat kerja, dan lain sebagainya. 

Yang menjadi permasalahan adalah opresi ini masih diperangi oleh feminis baik di publik maupun domestik. Sebenarnya mereka ini merasa ditindas atau benar-benar tertindas? Inilah yang menjadi pertanyaan dalam diskusi kali ini.
Mengingat banyaknya kesempatan dan peluang yang diberikan kepada mereka, baik laki-laki dan perempuan, mengapa masih saja mengalami ketertindasan? Sebenarnya yang harus diperhatikan bukan hanya kesempatan dan peluang saja, namun kesesuaian diri terhadap kesempatan yang ada. Percuma saja ada peluang yang terbuka lebar, namun hal ini malah tidak seauai dengan passion. Lantas saja ini menjadi opresi juga bagi laki-laki dan perempuan. Bukan lagi hanya merasa tertindas belaka, namun benar-benar tertindas.

Semua pembahasan tentang feminisme memang tidak akan pernah ada endingnya. Tuntutannya hanyalah keadilan bagi segala gender. Karena memang mewujudkan keadilan adalah pekerjaan seumur hidup.
#panjangbumurkeadilangender
#panjangumurhal-halbaik
#respecttoeachother

Penulis: Miftakul Ulum Amaliyah (Mahasiswa Sosiologi Agama Semester 4)

0 comments: