Sosiologi Agama adalah salah satu program studi di lingkungan IAIN Tulungagung.yang bernaung di bawah Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). SALAM SATU WARNA

Tuesday, April 6, 2021

Memahami ETNOMETODOLOGI

 Penulis: Defi Tri Astuti

    Jumat, 19 Maret 2021 pukul 19.00-21.00 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama mengadakan kegiatan diskusi daring mingguan yang bernama FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD) dengan tema “Etnometodologi” yang dipantik oleh Siti Maryam Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dan ditemani oleh moderator Laila Nur Afifah Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Diskusi ini dilakukan secara virtual di rumah masing-masing melalui WhatsApp Grup.

    Tema kali ini membahas tentang Gambaran Etnometodologi, Tercetusnya Etnometodologi, Cara pandang Garfinkel dalam Etnometodologi, Perspektif Garfinkel dan Emile Durkheim dalam mempertimbangkan Etnometodologi, Klasifikasi Sosiologi dan Etnometodologi, Analisis Percakapan, Penerapan analisis percakapan, Kajian lembaga, Kelemahan dan kelebihan.

    Menurut Mudjia Rahardjo, Etnometodologi berasal dari tiga kata Yunani “etnos”, “metodas”, dan “Logos”. Etnos artinya orang, metodos artinya metode, dan logos berarti ilmu, secara hafiah etnometodologi studi atau ilmu tentang metode yang digunakan untuk meneliti bagaimana individu-individu menciptakan dan memahami kehidupan mereka sehari-hari, seperti cara mereka menyelesaikan pekerjaan di dalam hidup sehari-hari. Sedangkan menurut Gafrinkel Etnometodologi yakni himpunan pengetahuan akal sehat dan deretan prosedur-prosedur dan pertimbangan yang digunakan para anggota masyarakat awam untuk memaknai, menemukan jalan, dan bertindak menghadapi kondisi mereka menemukan diri.

     Etnometodelogi diciptakan oleh Harold Gafrinkel pada 1940 an tetapi pada tahun 1967 baru pertama kali dibomingkan dengan penerbitan karyanya Studies In Ethnomethodology. Seiring berkembangnya masa etnometodelogi mengalami perkembangan Don Zimmerman menyimpulkan bahwa sudah ada beberapa variaetas etnometodelogi. Zimmeran menyatakan etnometodelogi meliputi “sejumlah gagaris-garis penelitian yang kurang cocok (1978)”, sepuluh tahun kemudian Paul Atkinson (1988) mengaris bawahi kurangnya koherensi di dalam etnometodelogi dan berargumen lebih jauh bahwa setidaknya beberapa etnometodolog telah menyimpang terlalu jauh dari premis-premis mendasari pendekatannya.

    Cara pandang etnometodelogi Garfinkel tidak lepas dari tokoh sosiologi terkemuka seperti Talcott Parsons karena studi etnometodologi memerlukan kedalaman pengamatan secara detail tentang praktik kehidupan keseharian masyarakat melalui observasi secara langsung mengenai percakapan mereka atau bisa direkam melalui video, karena lebih bertumpu pada percakapan sehari-hari (cerita) individu, maka etnometodologi berpengaruh sangat besar pada kelahiran metode analisis percakapan. Asumsinya adalah percakapan atau cerita merupakan cara orang mengkonstruksi realitas.

    Garfinkel mempertimbangkan etnometodologi dengan fakta-fakta sosial seabagai fenomena frundamental, akan tetapi fakta sosial Garfinkel sangat berbeda dengan fakta-fakta sosial Emile Durkheim. Bagi Durkheim, fakta-fakta sosial eksternal bagi dan bersifat memaksa kepada para individu dan para aktor tidak dapat dipisahkan dari struktur-struktur, lembaga-lembaga sosial yang tidak dapat mengontrol pertimbangan independen. Namun bagi etnometodelogi realitas objek-objek fakta sosial, terdapat di dalam persis di setiap masyarakat, baik secara lokal dan endogen, mengorganisirnya secara alami, dengan demikian merupakan fenomena frundamental sosiologi. 

    Menurut klasifikasi sederhana ini, etnometodologi adalah satu teori sosiologis sebagai:

Pertama, didasarkan pada karya Max Weber tentang aksi sosial 

Kedua, berkaitan dengan definisi dan tindakan sosial 

Ketiga, menggunakan berbagai pendekatan metodologis. 

    Klasifikasi Ritzer pertama kali dikembangkan pada tahun 1975 dan dipertahankan di versi terbarunya buku, tetapi dengan pemeriksaan lebih dekat dari arah teoritis yang lebih baru, teori sistem dalam paradigma fakta sosial dan eksistensialisme dalam sosial definisi paradigma. Diskusi Ritzer diringkas di sini karena memberikan wawasan pertama tentang apa etnometodologi adalah dan di mana perspektif dapat ditempatkan dalam sosiologi sebagai disiplin. Seperti bentuk lain, ini adalah gambaran sederhana dari berbagai paradigma atau perspektif dalam sosiologi. Misalnya, beberapa akan kehilangan penempatan perspektif post-modern.

    Orang lain akan tidak setuju di lokasi yang berbeda teori dan banyak ahli etnometodologi tidak akan setuju bahwa etnometodologi adalah teori sama sekali, melainkan cara yang secara fundamental baru dalam mempelajari sosial fenomena Etnometodologi, Kontribusi Norwegia awal. Dalam konteks sejarah, mungkin menarik untuk melihat lebih dekat bagaimana seorang sosiolog Norwegia memahami etnometodologi. Kontribusinya tidak adil sejarah yang menarik; itu sebenarnya juga menyediakan salah satu dari awal yang paling mudah dibaca pengantar beberapa dasar etnometodologi. Thomas Mathisen (1975) mempresentasikan dalam presentasinya tentang etnometodologi tiga model utama yang dia temukan bermanfaat dalam studi tentang apa yang dia lakukan pada masa itu jargon menyebutnya "struktur dan perkembangan masyarakat". Model diberi nama norma, pengalaman dan model paksaan, masing-masing.

    Analisis percakapan memiliki tujuan yakni mempelajari cara-cara pengaturan percakapan yang sudah dianggap benar seperti struktur frundamental interaksi percakapan. Percakapan adalah suatu aktivitas rasional yang menunjukkan sifat yang stabil atau teratur merupakan prestasi orang yang bercakap-cakap yang dapat dianalisis. Percakapan ini terdapat suatu titk fokus yakni pembatasan-pembatasan internal. Zimmerman memerinci terdapat lima kerja dasar analisis percakpan:

 Pertama, analisis percakapan memerlukan himpunan dan analisis atas data yang sangat rinci mengenai percakapan-percakapan.

Kedua, rincian paling baik dari suatu percakapan pun harus dianggap sesuai suatu pencapaian yang rapi. 

Ketiga, interaksi pada umumnya dan percakapan pada khususnya mempunyai sifat-sifat stabil yang rapi merupakan prestasi para aktor yang terlibat.

Keempat, kerangka percakapan frundamental yakni pengaturan kuensial 

Kelima, secara metodelogis, para analisis percakapan mendorong untuk mempelajari percakapan-percakapan di dalam situasi yang terjadi secara alamiah, sering menggunakan audiotape atau videotape.

    Penerapan-penerapan analisis percakapan anatara lain;

Pertama, Percakapan-percakapan telepon: identivikasi dan pengakuan, Schegloff melihat permulaan percakpantelepon, yang dia definisikan sebagai “suatu tempat yang di dalamnya tipe percakapan dapat dibuka diajukan, ditampilkan, diterima, ditolak, dimodifikasi durasi, disusun pertemuan peserta. 

Kedua, Memulai tertawa, Menurut Gail Jefferson ketawa adalah suatu peristiwa yang seluruhnya bebas disepanjang serangkaian percakapan dan interaksi.

Ketiga, Menghasilkan tepuk tangan, Jhon Heritage dan David Greatbatch mereka berargumen bahwa tepuk tangan dihasilkan oleh pernyataan-pernyataan secara verbal disusun. Terdapat tujuh peralatan teoritis dasar yaitu: kontras, daftar, solusi membingungkan, bagian utama,kombinasi, mengambil posisi, dan pengejaran. 

Keempat, Kemunculan interaktif kalimat-kalimat dan cerita-cerita, Charles Goodwin berpandangan bahwa kalimat-kalimat muncul bersama percakapan, faktanya pembicara dapat merekontruksi makna kalimat sewaktu dia sedang menghasilkannya untuk mempertahankan kepantasan bagi penerimanya pada saat itu.

     Kajian lembaga dalam etnometodologi meliputi; Wawancara kerja, Panggilan telepon kepusat-pusat darurat, Negosiasi-negosiasi eksekutif, Memecahkan pertengkaran di dalam dengar pendapat mediasi.

     Etnometodologi sebagai sebuah varian dalam penelitian kualitatif, tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan etnometodologi sangat tepat digunakan untuk meneliti sikap individu-individu dalam organisasi atau institusi. Misalnya, untuk memahami cara orang melaksanakan tugas kantor, sekolah atau perusahaan dan proses yang terjadi dalamnya. Sedangkan kekurangan etnometodologi misalnya, tidak tepat digunakan untuk meneliti sikap dalam lingkup yang luas. Untuk meneliti sikap dalam lingkup luas lebih tepat menggunakan survei.

    Etnometodologi jika dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan lainnya sedikit berbeda dalm penelitian kualitatif menggunakan asumsi teori proposisi dan kegiatan pengkajian yang ada pada fenomena-fenomena tersebut. Sedangkan pendekatan lainnya ialah peneliti melihat fenomena dengan berbekal asumsi-asumsi atau teori memahami fenomena yang dikaji. Alasan Etnometodologi berbeda karena berfokus pada individu dan menggunakan percakapan keseharian. Kalau Etnometodologi berfokus pada budaya masyarakat atau anggota masyarakat disebut etnografi.

    Dalam sutau tindakan peristiwa disebut fenomenologi. Dan etnologi sendiri lebih berfokus dunia kontruksi individu-individu didalamnya yang memahami suatu akal sehat yang berlaku dan makna yang diterima secara bersama-sama. Etnometodologi dan interaksionalisme simbolik ini sangat berkaitan seperti yang dipaparkan oleh Garfinkel bahwa etnometodologi merupakan himpunan akal sehat dari deretan prosedur pertimbangan. Dapat ditemukan melalui percakapan individu, jika dikaitkan pada interaksionaisme simbolik dapat ditemukan pemikiran dari George Herbertnith mengenai pikiran. Ia menganggap bahwa proses pemikiran atau percakapan batin dengan diri sendiri tidak ditemukan daam individu, pikiran ini muncul dan berkembang dalam proses sosial bagian internal. 

    Yang kedua mengenai “Diri” secara umum diri sendiri sebagai objek dan diri bisa menempatkan diri atau kemampuan yang khas untuk menjadikan obyek. Etnometodologi pada dasarnya adalah perspektif Amerika yang tidak kebanyakan perspektif ilmu sosial lainnya. Di Norwegia istilah itu pertama kali muncul pada tahun 1975 minat teoritis berkembang didalam sosiologi semakin meningkat baik konsep, pemikiran, dan sebagainya. Pada tahun 1940 an akhir pencetus etnometodologi Garfinkel menemukan karya tersebut  namun tidak saat iitu langsung bisa disahkan. Pada tahun 1968 baru disahkan dan ditemukan beberapa tokoh pengkritik teori.


     

Sumber: Ritzer George, Teori Sosiologi; dari klasik sampai perkembangan terakhir posmoderent, Yogjakarta: Pusat pelajar. 2012.  

0 comments: