Penulis : Laila Afifah
Jumat, 2 April 2021 pukul 19.00-21.00 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama mengadakan kegiatan rutin diskusi daring mingguan yang bernama FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD) dengan tema “moderenitas” yang dipantik oleh M. Wahyu Ilahi Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dengan ditemani sang moderator Hanum Khumeidatul Khasanah Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Diskusi malam ini dilakukan secara daring/online di tempat tinggal masing-masing melalui media WhatsApp Group.
Tema kali ini membahas mengenai teori Moderenitas secara historis, menurut para tokoh dan kritik terhadap moderenitas.
Pada dasarnya seluruh bangsa dan masyarakat di dunia ini akan selalu terlibat pada proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah perubahannya berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Hal ini tentunya akan menimbulkan penemuan-penemuan baru dalam hal teknologi, misalnya; dahulu kala saat kita ingin memberikan kabar kepada saudara kita yang jauh harus melaui surat untuk dikirim ke tukang pos, namun di era yang semakin modern dan canggih ini tentu menjadi lebih mudah dengan menggunakan handphone, kita sudah dapat memberi kabar saudara yang jaraknya jauh dari kita, bisa melalui SMS ataupun Telfon.
Teori Moderenisasi lahir pada tahun 1950 di Amerika Serikat, Teori ini muncul karena respon-respon dari kaum intelektual terhadap perang dunia, selain itu teori ini di anggap sebagai jalan optimis terhadap perang dunia antara kaum sosialis dan kapitalis. Teori Modernisasi sendiri merupakansalah satu penemuan terpenting dari perjalanan kapitalisme di bawah kepemimpinan Amerika Serikat. Secara istilah modernisasi merupakan ilmu sosial yang merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang kea rah yang yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang dan Makmur.Pada formad kali ini kita membahas tiga tokoh teori modernisasi, yaitu Anthoni Geddens, Ritzer dan Jurgen Habermas.
Anthoni Geddens
Anthoni Geddens merupakan terkenal dengan teori strukturalisnya, ia menjelaskan dunia modern dengan konsep juggernaunt. Giddens juga menggambarkan moderenitas dalam empat institusi dasar, 1.)Adanya produk komoditas;2.)Penguasaan capital secara privat; 3.) Penggunaan tenaga kerja; 4.) Munculnya sistem kelas. Disini Giddens meyakini bahwa modernisasi mengakibatkan kecenderungan pada diri dan informasi identitas pada masyarakat. Halini tentu berdampak padamasyarakat, sehingga masyarakat lebih mementingkan identitas sosial, selain itu, juga berdampak pada menurunnya tradisi-tradisi di masyarakat, seperti; gotong royong dan lain sebagainya.
Ritzer
Dalam teori modernitas Ritzermenggambarkan masyarakat modern sebagai sebuah tatanan konsumsi, masyarakat modern ditinjaunya dari bagaimana masyarakat tersebut mengkonsumsi dan bagaimana kultur konsumen memberi warna yang khas pada masyarakat modern, pada teori ritzer yaitu efesiensi mencari cara yang terbaik untuk mencapai hasil, adanya sistem rasional yang lebih menekankan kuantitas dibandingkan kualitas.
Jurgen Habermas
Menurut Jurgen Habermasmoderenitas adalah proyek yang tidak memiliki akhir, ia meyakini bahwa sistem sosial tumbuh semakin kompleks, terintegrasi, atau melakukan pembaruan yang menjadikan kesatuan yang utuh dalam masyarakat dan dicirikan oleh alasan instrumental.
Teori ini tentu banyak menuai kritikan, salah satunya menurut Horkheimer. Ia berpendapat bahwa moderenitas adalah pemahaman moderinitasyang keliru, jika dijadikan sebagai perwujudan rasio murni dalam bentuk yang objektif dan bebas nilai. Perspektif moderenitas yang demikian melanggengkan dikotomi, akibatnya tidak ada transformasi sosial yang dihasilkan oleh rasionalitas modern. Selain itu, ada juga kritikan menggunakan Teori kritis, dapat dianalisis bahwa masyarakat sebagai kenyataan sosial dan bukan sebagai kenyataan objektif dan bebas nilai. Teori kritis memungkinkan emansipasi kelas sosial yang tadinya secara objektif terkotak-kotak dan terpisah satu sama lain sebagai masyarakat berkelas.
0 comments:
Post a Comment