Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun
yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun
(sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah
(pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan
filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang
permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan
dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya
Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar
sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The
Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an mengomentari
tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial
dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi
intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli
sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa
Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah
muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu
sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah
diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis
apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metoda-metodanya
yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami
akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia
berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat
primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan
urusan politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara
tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara berkumpulnya manusia
serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan lingkungan geografis
terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan kelima, menerangkan tentang
ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke
enam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta
alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14
dengan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu
dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya
negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini
sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung pada
generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk
mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati
kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian,
akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan,
dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan
spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan
internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang
selalu mengawasi kelemahannya.
Karena pemikiran-pemikirannya
yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu
sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh
ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari
ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia
menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya,
“Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima
oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan
Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran
Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”
Sumber:http://datatokoh-tokoh.blogspot.co.id/2013/04/tokoh-tokoh-sosiolog-dunia.html
0 comments:
Post a Comment