Karl Marx (1818-1883) melalui pendekatan materialisme historis percaya bahwa penggerak sejarah manusia adalah konflik kelas.
Marx memandang bahwa kekayaan dan kekuasaan itu tidak terdistribusi
secara merata dalam masyarakat. Oleh karena itu kaum penguasa yang
memiliki alat produksi (kaum borjuis/kapitalis) senantiasa terlibat konflik dengan kaum buruh yang dieksploitasi (kaum proletar).
Sosiologi Marxis tentang kapitalisme menyatakan
bahwa produksi komoditas mau tak mau membawa sistem sosial yang secara
keseluruhan merefleksikan pengejaran keuntungan ini. Nilai-nilai
produksi merasuk ke semua bidang kehidupan. Segala sesuatunya,
penginapan, penyedia informasi, rumah sakit, bahkan sekolah kini menjadi
bisnis yang menguntungkan. Tingkat keuntungannya menentukan berapa
banyak staf dan tingkat layanan yang diberikan. Inilah yang dimaksud
Marx bahwa infrastruktur ekonomi menentukan suprastruktur (kebudayaan,
politik, hukum, dan ideologi).
Pendekatan Sosiologi Marxis menyimpulkan mengenai ide pembaruan sosial yang
telah terbukti sebagai ide yang hebat pada abad XX, sebagai berikut
(Osborne, 1996: 50): semua masyarakat dibangun atas dasar konflik,
penggerak dasar semua perubahan sosial adalah ekonomi, masyarakat harus
dilihat sebagai totalitas yang di dalamnya ekonomi adalah faktor
dominan, perubahan dan perkembangan sejarah tidaklah acak, tetapi dapat
dilihat dari hubungan manusia dengan organisasi ekonomi, individu
dibentuk oleh masyarakat, tetapi dapat mengubah masyarakat melalui
tindakan rasional yang didasarkan atas premis-premis ilmiah
(materialisme historis), bekerja dalam masyarakat kapitalis
mengakibatkan keterasingan (alienasi), dan dengan berdiri di luar
masyarakat, melalui kritik, manusia dapat memahami dan mengubah posisi
sejarah mereka.sumber:http://datatokoh-tokoh.blogspot.co.id/2013/04/tokoh-tokoh-sosiolog-dunia.ht
0 comments:
Post a Comment