event

MUSYAWARAH TAHUNAN JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA IAIN TULUNGAGUNG ANGKATAN 2018

MALIKA FC

TIM UTAMA FUTSAL SOSIOLOGI AGAMA IAIN TULUNGAGUNG "MALIKA FC"

event

pacitan

SAVE PACITAN

kegiatan bakti sosial bersama LTNU di Pacitan, dengan agenda trauma hearing

Sosiologi Agama adalah salah satu program studi di lingkungan IAIN Tulungagung.yang bernaung di bawah Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). SALAM SATU WARNA

Thursday, October 15, 2020

Formad daring : Sosiologi Klasik " Emile Durkheim"

 Jum'at, 09 Oktober  2020 pukul 19.00-selesai, di rumah masing-masing via WhatsApp Grub. Himpunan Mahasiswa Jurusan ( HMJ ) Sosiologi Agama mengadakan kegiatan diskusi daring mingguan yang bernama FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD) dengan tema “Sosiologi Klasik: Emile Durkheim” yang di pantik oleh Siti Mariyam  jurusan Sosiologi Agama angkatan 2019-2020 dan ditemani moderator Estu Farida Lestari jurusan Sosiologi Agama angakatan 2019-2020.

Tema kali ini yang mengkaji teori-teori klasik dari Emile Durkheim lanjutan dari diskusi sebelumnya. Via whatsapp grub moderator sebagai pemimpin jalannya diskusi, pemantik memaparkan empat teori yang dikaji oleh Emile Durkheim yakni Teori fakta sosial, solidaritas, religius, dan bunuh diri. Pertama pemantik sedikit mengulas biografi Durkheim. 

Emile Durkheim lahir pada15 April 1858, di Epinal Prancis.  Durkheim lahir dari keturunan para Rabi  "kiyai" ia dikenal dengan Sosiolog Modern pada pertengahan abad klasik modern.  Pemikiran Durkheim dipengaruhi oleh Auguste Comte, Aristoteles, Imanunel Kant, Rene Descrates, dan Hearbert Speancer. karya populer Emile Durkheim Meliputu,  The Division of Labor in Society (1893), The Rules of Sociological Methot (1895), Suicide (1897),  The Elementary Froms of Religious Life (1912). 

Selanjutnya kepembahasan pemikiran dan teori yang dikaji oleh Durkeim 

Fakta Sosial, Menurut Emile Durkheim, fakta-fakta sosial adalah Cara bertindak, yang berpengaruh pada diri individu, seluruh cara bertindak yang umum dipakai di masyarakat dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari menifestasi-menifestasi individual. Yang berhubungan dengan gejala sosial seperti aturan legal, moral, bahasa, dsb). 

Fakta sosial ini digolongkan menjadi dua yaitu: Material:  Secara Nyata, contoh Intruksi pembangunan. Dan Nonmaterial:Tidak nyata atau abstrak, contoh oponi.  Moralitas, nurani kolektif (Yang melekat pada hati),  representasi kolektif (simbol agamis, mitos)  dan arus sosial.     

Solidaritas, Durkheim mengklasifikasikan solidaritas menjadi dua tipe yakni solidaritas meknis dan organik.  Solidaritas mekanis: masyarakat pedesaan. Cirinya,  bersatu dan gotong royong. Solidaritas Organik: masyarakat perkotaan. Cirinya, kepentingan berbeda, dan bersifat individual.   

Religius, Emile Durkheim juga sering dikenal sebagai tokoh sosiologi yang religius. Menurut Durkheim "agama adalah sebagai identitas" Teori Agama sakral dan profan. Profan: aktivitas sehari-hari. Seperti ibadah atau aktivitas religius  yang kita lakukan setiap hari.   sakral: Sesuatu yang dianggap suci, aktivitas yang dilakukan diwaktu-waktu tetentu. Menurut Durkheim, sakral diciptakan melalui ritual-ritual yang menggunakan kekuatan moral masyarakat kedalam simbol agamis yang mengikat para individu dan kelompok.

Suicide (bunuh diri) Alasan Durkheim memilih untuk mempelajari teori bunuh diri adalah karena suatu fenomena yang relatif konkret dan spesifik yang memiliki data agak baik. 

Empat tipe tahapan bunuh diri:

Bunuh diri Egoistik, erdasarkan integrasi yaitu rasa integrasi atau solidaritas terendah. 

Bunuh diri Altruistik, Berdasarkan integrasi tinggi atau integrasi sosial terlalu kuat.

Bunuh diri Anomik, Berdasarkan regulasi rendah. 

Bunuh diri fatalistik,  Berdasarkan regulasi tinggi. Bunuh diri fantastik ini lebih mungkin terjadi ketika regulasi terlalu berlebihan. 

Dari keempat teori yang dikaji oleh Durkheim dalam diskusi kali ini yang paling menarik dari pandangan audiens ialah teori bunuh diri, pembahasa meluas mengenai teori suicide tersebut. Moderator melanjutkan diskusi dengan sesi tanya jawab yang akurat hingga diskusi berjalan dengan baik hingga akhir.  


Penulis: Siti Mariyam


Formad daring: Sosiologi Klasik "August Comte"

 Jum'at, 02 Oktober  2020 pukul 19.00-selesai, di rumah masing-masing via WhatsApp Grub. Himpunan Mahasiswa Jurusan ( HMJ ) Sosiologi Agama mengadakan kegiatan diskusi daring mingguan yang bernama FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD) dengan tema “Sosiologi Klasik: Auguste Comte” yang di temai oleh Yulia Novita Hanum  jurusan Sosiologi Agama angkatan 2019-2020 dan ditemani moderator Nikmatul Laili jurusan Sosiologi Agama angakatan 2019-2020.

Pertama pemantik memaparkan mengenai biografi Comte,  Auguste Comte lahir pada 1798 di Montpellier, kota di selatan Perancis yang menjadi salah satu pusat gerakan resistensi terhadap revolusi Perancis. Comte lahir di keluarga borjuis Katolik yang taat. Namun, masa kecilnya penuh dengan kenangan pahit disebabkan oleh kekacauan periode Revolusi Perancis. Comte dikenal sebagai bapak positivisme dan juga dianggap sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern yang mempelajari aspek sosial dari kehidupan manusia. Comte adalah tokoh sosiologi klasik awal. Ideologi positivisme Comte mengusung keyakinan bahwa masyarakat dapat dipahami sesuai dengan hukum-hukum ilmu alam.

Selanjutnya pembahasan mengenai pemikiran yang di dalamnya membahas Positivisme Auguste Comte. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam. Tiga tahap dalam positivism:

1. Tahap teologis. Tingkat pemikiran manusia beranggapan bahwa benda didunia mempunyai jiwa dan disebabkan oleh suatu kekuatan diatas manusia / kekuatan dewa / gaib.

2. Tahap metafisis Manusia percaya bahwa gejala yang ada dan terjadi didunia disebabkan oleh kekuatan hukum alam / supranatural. Tahap ini penyederhanaan terhadap dewa yang mengatur gejala tersebut.

 2. Tahap positifis Manusia sanggup berpikir secara ilmiah, dan ditahap inilah berkembangnya ilmu pengetahuan.

Karya – Karya Auguste Comte:

Course of Positive Philosophy (Pelajaran Filsafat Positif)

- Course memuat dua tujuan, yaitu fondasi untuk sosiologi (yang ia sebut fisika sosial) dan koordinasi ilmu positif.

- 5 ilmu sains yang fundamental (Matematika, Astronomi, Fisika, Kimia, dan Biologi)

System of Positive Politics (Sistem Filsafat Positif)

- Agama humanitas

Auguste Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian

1. Social Statics. Mencari hukum-hukum tentang aksi dan reaksi dari berbagai bagian didalam suatu sistem sosial. Hukum-hukum tentang gejala sosial yang bersamaan waktu terjadinya. Empat doktrin social statics yaitu doktrin tentang individu, keluarga, masyarakat, dan negara.

 2. Social Dynamic. Teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat, karena social dynamic merupakan study tentang sejarah yang akan menghilangkan filsafat yang spekulatif tentang sejarah itu sendiri.



 Dapat kita ketahuai bahwa Auguste comte merupakan bapak sosiologi sekaligus positivisme dan orang pertama yang mencentuskan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern yang mempelajari aspek sosial kehidupan manusia. Positivisme adalah cara pandang dunia jangan berdsarkan sains. Ada tiga tahap dalam positivisme : teologis.metafisik.positifisme. kemudian auguste comte membagi sosiologi kedalam Dua bagian: social static dan social dynamic.

Friday, October 2, 2020

Formad daring 3 : Sosiologi Agama

 Jum’at 25 september 2020 Pukul 19.00-selesai, kegiatan FORMAD (Forum Mahasiswa Fuad)  Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama yang masih dilaksanakan via online  karena keadaan yang masih mengharuskan mahasiswa melaksanakan  perkuliahan secara daring. Meakipun  secara daring tidak sedikitpun mengurangi antusias teman teman sosiologi agama untuk berdiskusi. Formad kali ini yang dipantik oleh kak Ayom Puspa Ariyani dengan membawa tema “Sosioligi Agama” dan ditemani Moderator Sufa Trisna Setiani.

Materi yang disampaikan oleh pemantik yang pertama yakni pengertian sosiologi agama menutut para ahli. yang pertama menurut Dillon Sosiologi agama dalam pandangannya, bahwa sosiologi agama    adalah upaya sosiolog dalam mendeskripsikan, memahami, serta menjelaskan bagaimana cara agama berlaku dalam masyarakat. Kedua pengertian menutrut Drs. D. Hendropuspito, O.C Sosiologi agama adalah cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis untuk mencapai keterangan ilmiah antara kepentingan masyarakat agama dan masyarakat luas pada umumnya.

  Kelahiran Sosiologi lazimnya dihubungkan dengan seorang ilmuwan prancis yang bernama august comte (1798-1857) yang dengan kreatif telah menyusun sintesis berbagai aliran macam pemikiran kemudian mengusulkan mendirikan ilmu tentang masyarakat dengan dasar filsafat empiris yang kuat.

Sedangkan minat mempelajari fenomena agama dalam masyarkat mulai tumbuh sekitar pertengahan abad ke-19 oleh sejumlah sarjana barat terkenal seperti Edward B.Taylor (1832-1917), Herbert Spencer (1820-1903), Frederick H.Muller (1823-1917). Tokoh-tokoh ini lebih tertarik kepada agama-agama primitive akan tetapi pengkajian masalah agama secara ilmiah dan terbina mulai sekitar tahun 1900. Mulai saat itu hingga menjelang munculnya buku-buku sosiologi agama yang sering disebut dengan nama sosiologi klasik.

Soaiologi agama memiliki peranan sebagai berikut : 

Memberikan pengetahuan terkait pola-pola interaksi sosial keagamaan yang ada dalam masyarakat

Untuk mengontrol serta mengendalikan tindakan serta perilaku keberagamaan dalam kehidupan masyarakat

Semakin memahami nilai-nilai, norma, tradisi, serta keyakinan yang dianut oleh mayarakat lain, juga memahami perbedaan yang ada. 

Menekan timbulnya konflik antar umat beragama.

Bersikap lebih kritis serta rasional menghadapi gejala-gejala sosial keberagaman masyarakat.

Uuntuk memperjelas materi dari pemantik, Diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. 

Penulis : Sufa Trisna Setiani

Formad daring 2 : sejarah agama

 


Formad Daring : Sejarah Agama

Minggu,20 September 2020 pukul 08.00-selesai, di rumah masing-masing via WhatsApp Grub. Himpunan Mahasiswa Jurusan ( HMJ ) Sosiologi Agama mengadakan kegiatan diskusi daring mingguan yang bernama FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD) dengan tema “Sejarah Agama” yang di temai oleh Estu Farida Lestari jurusan Sosiologi Agama angkatan 2019-2020 dan ditemani moderator Ismi Mufa Idatus Zahroh jurusan Sosiologi Agama angakatan 2019-2020.

Sebelum Pemateri memaparkan materinya, lebih awal pemateri menyapa teman-teman dan pemateri hanya menyampaikan sedikit tentang sejarah agama, karna sejarah agama jika di bahas akan luas, jadi kita diskusi sangat singkat dan jelas dan bisa di pahami semua anggota formad.

Teori awal munculnya kegelisahan dalam memahami agama adalah pada kisaran tahaun 1870, dengan salah satu tokoh yang bernama Friederich Max Muller yang berprofesi sebagai seorang professor Jerman dan merupakan orang yang datang ke Inggris dalam rangka mengamati konflik keagamaan sekaligus menggerakkan konsep “Scient of Religion” yang nanti akan banyak kita bahas.   

kemampuan Muller dalam menyelesaikan pengamatan sekaligus memberikan jawaban mengenai pertanyaan tersebut, Muller menjawabnya dengan sebuah buku pengantar ilmu agama atau “Introduction To The Scient Of Religion” pada tahun 1879. Konsep pemikiran Muller adalah melogiskan pemikiran tentang agama dan sains yang dapat disatukan satu sama lain. Freidrich Max Muller memilih pendekatan naturalistik dalam memahami sesuatu yang mendukung keyakinan agama.  Lalu Muller merasa bahwa kunci untuk memahami agama adalah bahasa. Muller dan murid perbandingan filologinya juga menunjukkan bentuk-bentuk bahasa di India dan beberapa bagian Eropa berasal dari bahasa satu masyarakat purba yang disebut masyarakat arya.

Muller juga menyebutkan bahwa perubahan kata benda menjadi objek disebut dengan istilah nomina yang berubah menjadi numina, kesalahan dalam pengartian kata ini disebut “penyakit bahasa” oleh Muller. Tylor akhirnya juga sedikit terlatih dalam bidang bahasa, juga berpikir bahwa pendapat Muller ada benarnya.

Dan masih banyak pembahasan lainnya yang tentang sejarah agama, yang pastinya akan masih membutuhkan waktu lama untuk di diskusikan, jadi itu pembahasan diskusi tetang sejarah agama, dan audience diskusi sangat aktif banyak pertanyaan-pertanyaan mengenai sejarah agama.


Penulis:  Ismi Mufa Idatus Zahroh


 


Saturday, September 12, 2020

Formad Daring : Sejarah Sosiologi

 Jum’at, 11 September 2020 pukul 10.00-11.30 di rumah masing-masing via WhatsApp Grub. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama mengadakan kegiatan diskusi daring mingguan yang bernama FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD) dengan tema “Sejarah Sosiologi” yang dipantik oleh Wahyu Ilahi mahasiswa jurusan Sosiologi Agama angkatan 2019-2020  dan ditemani moderator Siti Mariyam mahasiwa jurusan Sosiologi Agama angkatan 2019-2020. 

Pemateri memaparkan bahwa mengenai Sejarah Sosiologi adalah ilmu yang absurd, sosilogi berasal dari bahasa latin yakni Sosios dan Logos, Sosios artinya teman atau masyarakat dan Logos artinya ilmu. Pada awalnya sosiologi dipengaruhi oleh kedisplinan ilmu seperti ilmu filsafat dan sosiologi merupakan anak induk dari filsafat. Pada akhirnya tokoh positivisme bernama Augues Comte (1798-1857) yang pertama kali mencentuskan ilmu sosiologi pertama dan saat ini yang dikenal oleh bapak sosiologi.

Menurut Augues Comte sosiologi adalah studi tentang masyarakat sebagai keseluruhan bersifat lebih primer dan konkrit dari pada individu. Sosiologi merupakan tentang keseluruhan dan tidak seperti diredaksi kedalam individu. Bahwa individu sangat dipengaruhi oleh budayanya, bukan entitas yang bersifat independen. 

Faktor kemunculan ilmu sosiologi, yaitu Revolusi Politik dan Revolusi Industri. Revolusi politik yakni revolusi di Prancis pada tahun 1789 yang sampai abad 19 terjadi ketidaktertiban organisasi dalam masyarakat. Revolusi industri yakni situasi buruh dalam indusri, perubahan masyarakat menjadi kapitalisme. 

Kebangkitan Sosialisme dan Kapitalisme, sosialisme adalah jawaban atau jalan keluar yang ditawarkan Karl Marx terhadap eksploitasi manusia terutama buruh, sebagaimana yang telah terjadi dalam masyarakat kapitalisme. Komunisme adalah tahapan tertinggi dari masyarakat tempat kelas dan pertentangan kelas (yang terjadi dalam masyarakat berkelas dimasa perbudakan, feodal juga kapitalis). Menghilang karena sudah tidak ada lagi monopoli atas alat-alat produksi dan sumber ekonomi.

Kemunculan sosiologi ditandai dengan: pertama, Revolusi politik yang fenomenal adalah revolusi yang terjadi di Prancis tahun 1789 dan perubahan politik yang terus berlanjur sampai abad ke-19 (pengantar sosiologi, 2016: Nurani). Kedua, dalam revolusi terjadi situasi chaos dan ketidak tertiban masyarakat. Ketiga, ilmuan terdorong untuk merefleksikan faktor sosioal apa yang mungkin bagi ketertiban sebuah masyarakat. Keempat, pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19 muncul filsuf dan ilmuwan khususnya dari Prancis mulai melakukan studi sistematis mengenai masyarakat (sosiologi ekonomi, 2016: Sindung). Kelima, melakukan pemikiran pada prinsip-prinsip ilmiah untuk menghasilkan pengetahuan yang objektif, mulai berfikir kritis dan keras untuk tidak sekedar melahirkan teori tentang bagaimana menciptakan masyarakat yang lebih baik. Dan keenam, ilmuan dari Jerman beranggapan industrialisasi membawa dampak buruk dan merusak sendi kehidupan masyarakat.

Pembahasan dari pemantik dan audience diskusi masih berlanjut mengenai perihal sejarah sosiologi yang man masih dianggap absurd tentuny masih banyak halikhwal sejarah sosiologi dan perkembangannya serta teori para ilmuwan.


Penulis: Siti Mariyam (mahasiswa Sosiologi Agama angkatan 2019-2020

Wednesday, April 29, 2020

Formad Daring: Mengenal Feminisme

Formad Daring: Mengenal Feminisme
Corona semakin naik daun. Pasalnya tidak hanya memberi pengarih dalam kesehatan dan keselamatan masyarakat, tetapi juga semua bidang. Hal ini termasuk lockdown di mana-mana terutama tempat umum, tidak terkecuali kampus.

Kampus sebagai salah satu nstansi yang berfungsing sebagai sarana belajar mengajar telah ditutup sementara. Hal ini bukan saja meresahkan dosen yang mengajar dan menuntaskan mata kukiahnya, tetapi juga mahasiswa yang sepenuhnya belum dapat menyelesaikan mata kuliahnya.

Bukan hanya itu, seluruh aktivitas yang berhubungan dengan kampus telah beralih menjadi daring. Hal ini dilakukan untuk menuntaskan seluruh kegiatan kampus saat pandemi ini. Selain itu, organisasi-organisasi kampus dilakukan dengan daring juga, seperti yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama (HMJ SA).

HMJ SA memiliki kegiatan rutin setiap minggunya, yaitu Forum Diskusi Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (Formad). Kegiatan yang biasanya dilakukan di forum outdoor ini, sekarang beralih di Whats App Group (WAG). Formad yang dulunya sempat tertunda, akan diteruskan di WAG dengan tema Feminisme pada Senin (30/3).

Formad kali ini dipantik oleh Dini Damayanti, mahasiswa semester empat Jurusan Sosiologi Agama. Ia mengawali diskusi dengan memaparkan perbedaan seks dan gender. Selanjutnya adalah pembahasan inti, yaitu pengertian feminisme, gelombang feminisme, dan problematika feminisme di masyarakat.

Pertama, pembahasan terkait seks dan gender. Seks bisa disebut dengan sesuatu yang kodrati, yang melekat pada diri manusia, yang tidak dapat diberikan kepada orang lain. Misalnya, vagina pada perempuan dan penis pada laki-laki. Sedangkan, gender adalah suatu sifat yang telah terkonstruk dalam masyarakat, dapat diberikan atau dilakukan orang lain. Misalnya, memasak adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh siapun, baik perempuan maupun laki-laki.
Pemantik juga memberikan contoh yang mungkin dianggap membingungkan bagi peserta diskusi. "Hamil dan menyusui itu seks atau gender?," pancing pemantik. Tentu saja jawaban teman-teman diskusi beragam, ada yang menyebutnya seks, ada pula gender.

Perihal hamil dan menyusui memang identik dengan perempuan. Dengan dalih kalau hanya perempuan yang memiliki payudara dan rahim. Tentu saja, kedua hal ini adalah kepunyaan perempuan dan itu disebut dengan seks.
Namun, hamil dan menyusui adalah kegiatan yang bukan hanya perempuan saja yang bisa. Kedua hal itu adalah pilihan. Yang mana perempuan memiliki hak untuk memilih "mau" menyusui dan hamil atau tidak. Kegiatan itu, mutlak pilihan, yang artinya itu adalah gender.

Setelah selesai pada perdebatan tersebut, dilanjutkan dengan pembahasan terkait opresi atau akar ketertindasan yang selama ini diperangi oleh para feminis. Dari dulu, sejak abad 18-an, feminis telah berjuang memerangi opresi dalam masyarakat. Mulai dari tuntutan untuk di ruang publik, seksualitas, ketertindasan di tempat kerja, dan lain sebagainya. 

Yang menjadi permasalahan adalah opresi ini masih diperangi oleh feminis baik di publik maupun domestik. Sebenarnya mereka ini merasa ditindas atau benar-benar tertindas? Inilah yang menjadi pertanyaan dalam diskusi kali ini.
Mengingat banyaknya kesempatan dan peluang yang diberikan kepada mereka, baik laki-laki dan perempuan, mengapa masih saja mengalami ketertindasan? Sebenarnya yang harus diperhatikan bukan hanya kesempatan dan peluang saja, namun kesesuaian diri terhadap kesempatan yang ada. Percuma saja ada peluang yang terbuka lebar, namun hal ini malah tidak seauai dengan passion. Lantas saja ini menjadi opresi juga bagi laki-laki dan perempuan. Bukan lagi hanya merasa tertindas belaka, namun benar-benar tertindas.

Semua pembahasan tentang feminisme memang tidak akan pernah ada endingnya. Tuntutannya hanyalah keadilan bagi segala gender. Karena memang mewujudkan keadilan adalah pekerjaan seumur hidup.
#panjangbumurkeadilangender
#panjangumurhal-halbaik
#respecttoeachother

Penulis: Miftakul Ulum Amaliyah (Mahasiswa Sosiologi Agama Semester 4)

Tuesday, April 28, 2020

Bedah Isu Kuliah Daring

Senin, 20 April 2020 pukul 19.30 samapai selesai FORMAD (forum mahasiswa fuad) Daring via Grub whatsapp di rumah masing-masing  Bedah Isu dengan tema Kuliah Daring dalam Perspektif Teori Konflik Marx dipandu oleh moderator Dini Damayanti dipantik oleh "Adi Yulianto" (Ketua HMJ SA atau Mahasiswa SA angkatan 2018) dan "Maz Dicky" (Mahasiswa SA angkatan 2017). 

Moderator membuka diskusi mengenai pandemi yg terjadi saat ini berdampak pada hampir segala sektor. salah satunya adalah pendidikan, yg harus dilakukan secara daring (online) termasuk perkuliahan. Dari "Mas Dicky", memaparkan bahwa kuliah daring memberikan kesan lebih seru dan santai. selain itu, mengefektikan waktu. kuliah degan sistem daring juga bisa dibilang menjadi tantangan bagi kita dalam  menjawab arus teknologi yang kian canggih, dan memaksa kita untuk akrab. 

sayangnya, kuliah daring tidak sepenuhnya mulus. ketika baik dosen maupun mhs terkendala jaringan internet dan spesifikasi smartphon atau laptop. selain itu, kuliah metode daring dapat memicu kejahatan intelektual, seperti copy paste tugas saat berlangsungnya diskusi dan presentasi. Konflik dalam perspektif Marx, menjelaskan adanya pemisahan kelas dalam masyarakat. menjadi kelas borjuis yaitu kelas berduit pemilik modal atau kepemilikan produksi dan kelas proletar yaitu kelas menengah ke bawah atau Buruh. 

hampir sama dengan mas Dicky, Adi memaparkan sisi positif dari kuliah daring yakni kita dapat me-manage waktu, selain itu dapat menghemat bensin atau tenaga untuk pergi ke kampus. sayangnya, jaringan internet masih menjadi satu kendala paling banyak terjadi saat kuliah daring. Adi mengkritisi pula kuliah daring yang memicu konflik, sebab terasa adanya pemerasan atau penyiksaan secara  perlahan juga mengkritisi terkait alur UKT di tengah kuliah daring. Mas Dicky melihat konflik di kuliah daring dalam bentuk penindasan atas tugas-tugas yg dirasa terlalu banyak.

Audience menanggapi pemantik bahwa ia setuju dengan pemaparan pemantik tentang dampak negatif berupa terkendala singal. Untuk menghubungkan itu dengan ide konflik Marx kita membalik lagi bahwa Marx berpandangan bahwa ekonomi adalah infra struktur. Dalam konteks saat ini "Hubungan ekonomi dan struktur kelas" dapat dilihat dari perkuliahan daring. Yaitu dengan penjelasan sederhana "pembelajaran daring dapat dilakukan bagi mereka yang punya akses internet". Kita tidak bisa memungkiri bahwa ada yang tidak bisa mengikuti kuliah online karena keterbatasan akses internet. Hal ini dapat dikarenakan mereka tidak punya uang.

Nah akses internet gratis tidak bisa didapatkan oleh semua orang bagi saya dan yang saya sebut bila tidak punya uang untuk sekedar cari wifi di warkop. Inilah yang nantinya dapat menimbulkan kelas-kelas sosial tertentu. Dalam kuliah daring akan berpotensi menciptakan pemetaan kelas yang diuntungkan adalah  mereka yang punya internet lancar oke (anggap saja itu kaum borjuis atau punya modal). Dengan mereka yg kesulitan akses internet (anggap saja itu kaum proletaratau tdk punya modal).

Audince memaparkan persoalan mengenai konflik kuliah daring, Dengan teori konflik dari Marx, apakah mahasiswa termasuk pihak yang tertindas? Apakah dosen tidak mengalami pula ketertindasan? Dan, yang mana sebenarnya yang menjadi pihak yang tidak diuntungkan di sini?
Pemantik menanggapi pertanyaan dari audience bahwa Marx menjelaskan adanya pemisahan kelas antara Borjuis dan ploretar, dalam kuliah daring anggapan dosen sebagai kaum Borjuis memberikan pekerjaan pada mahasiswanya tugas yang berlebihan karena, seperti di kampus kita kebanyakan dosen belum mengetahui struktur tata cara kuliah online yang efektif, dan mahasiswa sebagai kaum pekerja yang minim sekali dalam meresap materi yang di berikan dosen. Yang akan berdampak tertindasnya mahasiswa dan melakukan kejahatan intelektual oleh para mahasiswa Dalam instasi kampus ada yang mengendalikan berjalannya suatu pembelajaran di dalamnya, kita sebut saja orang rektorat. Dosen hanya menjalankan peraturan yang tertulis di kampus, ingat tertulis yaa. Sedangkan mahasiswa menerima asupan dari dosen. Sebenarnya antara dosen dan mahasiswa sama-sama saling membutuhkan. Dan saling tidak di untungkan, kenapa dari pihak rektorat tidak memberikan layanan internet gratis kepada dosen dan mahasiswa, seperti kampus-kampus islam lain, agar berjalannya kuliah daring tidak terlalu menjadi beban bagi dosen dan mahasiswa.

Jadi pihak yang tidak diuntungkan adalah mereka yang tidak bisa melakukan daring karena keterbatasan modal untuk masuk kelas online. Juga mereka yang mengalami penindasan berupa tugas-tugas. Dosen bisa saja menjadi golongan tersebut dari beban tugas birokrasi kampus. Tp yg berpotensi lebih tinggi adalah mahasiswa karena dosen yg memiliki modal pengetahuan, wewenang dalam memberikan tugas-tugas. 

Formad Posmodern

10 Apil 2020 pukul 19.00 WIB FORMAD (Forum Mahasiswa Fuad) Sosiologi Agama yang merupakan lanjutan Formad sebelumnya yang membahas mengenai Teori-Teori Sosiologi, Formad ini sebagi penutup semester genap yang dipantik oleh Nikmatul dengan materi Teori Posmodern melalui via Grub Whatsapp FORMAD Sosiologi Agama.

Nikmatul memeparkan bahwa sebelum membahasa Teori Posmodern alangkah baiknya kita mengetahui perbedaan antara Postmodernitas, Postmoderenisme, dan postmodern. Post-modernitas yakni  lebih mengarah pada masa sejarah, Post-modernisme yakni berkaitan tntang produk budaya dan Post-modern yakni cara berfikir yg berbeda dari teori modern, maksutnya teori sosiologi post-modern meliputi sejarah baru, produk budaya baru, dan penteorian baru mengenai dunial sosial. Awal munculnya post-modern sejak berakhirnya arsitektur modernis pada 15 Juli 1972 ketika proyek perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis dihancurkan, pada saat itulah lahir post-modernis, disebut post-modernitas pada post-modern.(Lemert.1990). Jadi munculnya Post-modern itu pada abad ke 19.

Teori sosial post-modern moderat, salah satu tokohnya adalah Fredric Jamesn ia tidak menolak teori modern tetapi memandang antara modern dan postmodern berhubungan. Menurutnya pada Marxis kapitalisme tetap dominan pada saat ini lalu tumbuh sebuah logika budaya baru-postmodernisme. Masudnya "meskipun pada postmodern logika budaya mengalami perubahan struktuf ekonomi, perubahan tersebut berasal dari bentuk awal kapitalisme". Jameson memandang ada 3 tahapan dalam sejarah kapitalisme.

1. Dianalisis Marx kapitalisme itu ditunjukkan dengan munculnya pasar nasional yang tersatukan atau kapitalisme pasar.
2. Dianalisis Lenin  tahapan imperialis yang ditandai dengan kemunculan suatu jaringan kapitalis global.
3. Dianalisis Mandel dan Jameson akhir kapitalisme melibatkan ekspansi kapital yang sangat besar ke wilayah sampai tidak terkomodifikasikan.
Gambaran lebih jelas pada masyarakat postmodern menurut Jameson ada 4 unsur
1. Masyarakat dicirikan oleh superfisialitas. Maksudnya produk budaya hanya cukup berpuas pada penampilannya saja tanpa ada pendalaman mengenai makna-makna yang tersembunyi.
2. Dicirikan oleh melemahnya emosi atau afek.
3. Hilangnya historisitas atau tidak dapat mengetahui kebenaran di masalalu.
4. Adanya teknologi baru teknologi reproduksi media elektronik  contohnya Tv dan cmputer.
Teori sosial postmodern ekstrem, tokohnya adalah Jean Baudrillard ia berpendapat bahwa kritik marxis terhadap masyarakat konsumer, Baudrillard memandang bahwa pendekatan Marxis merupakan pantulan dari ekonomi politik konseratif kapitalisme, menganut pemikiran borjuis.
ciri-ciri postmodern Baudrillard
1. Dicirika oleh simulasi kita hidup di zaman penciptaan simulacra atau reproduksi peristiwa. Contoh: meleburnya Tv ke dlm khidupan atau sebaliknya. Contoh lain, hp, jika kita terus memainkan hp berarti kehidupan kita melebur pada hp tersebut. Pada akhirnya representasi dari nyata yaitu simulasi yang lebih berkuasa dan kita dikendalikan oleh simulasi tersebut.
2. Dunia postmodern  sebagai hiperrealitas. Yang menambah nilai lebih dari realitasnya. Contoh Iklan air Le-mineral.
3. Dicirikan oelh pertukaran simbolis . Menjadikan lebih kepada budaya konsumer. Namun ia beralih memandang godaan sebagai alternatif terpilihnya. Godaan melibatkan daya tarik berbagai hal.

Terakhir kritik teori sosial postmodrn:
1. Dikritik karena gagal menjadi standar baik ilmiah modrn.
2. Karena tdk memiliki gagasan ilmiah sehingga tdk dpt dijadikan disiplin.
3. Karena tdk memiliki kaidah-kaidah ilmiah para postmodernis bebas melakukan apa yang disenangi.
4. Gagasan postmodern sering sulit dipahami.
5. Awalnya menolak tetapi masih sering menggunakan teori Marxis.
6. Sering mengkritik masyarakt modrn tetapi mereka tidak memberikan pandangan apa yang harus dilakukan masyarakat seharusnya.
7. Banyak kritikannya yg belum diketahui landasannya.
8. Sering tdk memiliki teori agensi.
9. Menimbulkan sikap pesimisme.
10. Sering mengabaikan pemikirannya dan tidak menyelesaikan landasan pemikirannya.

Jadi teori seerta kritik tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan serba modent seperti saat ini, yang mana teori-teori sosiologi tersebut sebagi unsur dalam masyarakat. Semoga bermanfaat. 

Formad modern

09 April 2020 pukul 19.00 WIB Noviya Anggreani  FORMAD (Forum Mahasiswa Fuad) Sosiologi Agama yang merupakan lanjutan Formad sebelumnya yang membahas mengenai Teori-Teori Sosiologi, Formad ini dipantik oleh Khusna dengan materi Sosiologi Modern  melalui via Grub Whatsapp FORMAD Sosiologi Agama. 

Noviya memaparkan bahwa Sosiologi Modern, yang membahas seperti teori strukturalisme, fungsionalisme, teori simbolik dan lain-lain. Teori sosiologi modern pertama kali berkembang pada abad ke-19 dan ke-20 di Eropa dan Amerika latar belakang munculnya teori sosiologi medern ini karena munculnya riberalisme, perubahan sosial dan arus intelektual dalam industri yang banyak bermunculan semua itu akan munculnya dampak kriminalitas dan lain-lain. Dan ada juga yang menyebutkan sosiologi modern ini muncul karena adanya gelombang besar dari imigran yang berdatangan ke Amerika dan munculnya liberalisme gejala tersebut mengakibatkan pesatnya perubahan penduduk banyak bermunculan kota-kota industri yang baru. Perubahan besar itu membuat masyarakat Eropa dan Amerika tak terkondisikan, perubahan tersebut membuat para ilmuwan sosiologi untuk berfikir keras. 

Para ilmuwan sosiologi sadar bahwa teori klasik yang di Eropa tidak bisa mengatasi perubahan tersebut para pakar sosiologi berupaya untuk melakukan pendekatan baru sesuai kondisi masyarakat pada masa saat itu, pendekatan sosiologi modern cenderung menggunakan pendekatan mikri atau lebih sering disebut dengan pendekatan empiris, pendekatan empiris adalah perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan masyarakat itu secara menyeluruh Perkembangan sosiologi modern ini dapat dibagi menjadi dua yakni pada abad ke-19 di Eropa dan abad ke-20 di Amerika, perkembangan sosiologi medern pada abad 19 perkembangan sosiologi modern dimulai berkembang pesat karena dipengaruhi oleh revolusi industri dan revolusi politik yang telah mengubah kehidupan sosial secara dramatis para ilmuwan dan para intelektual minat untuk mengetahui perubahan tersebut karena perubahan pada diri masyarakat pada saat itu penting dalam perkembangan sosiologi  pada saat itu. 

Perkembangan sosiologi modern pada abad ke-20 mulai bermunculan lagi karena adanya migrasi dari Eropa Barat ke Amerika Serikat sosiologi modern pada masa itu pesat di Amerika Serikat dan Kanada pada abad ke-20 saat itu industri dan urbanisasi terjadi secara besar-besaran diperkotaan Amerika Serikat akibat dari industrialisasi dan urbanisasi tersebut membuat perubahan yang sangat besar masyarakat desa dan masyarakat kota cenderung terlihat sangat mencolok kondisi pada saat itu membuat para ilmuwan Amerika untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang tumbuh akibat perubahan tersebut. Sejarah perkembangan sosiologi di Amerika priode sebelumnya yaitu sebelum Perang Dunia Pertama, kedua sampai kisaran 1930.an.

Tentang perubahan-perubahan seperti perubahan sosial, banyak nya industri yang bermunculan secara langsung atau secara menyeruh. Perubahan besar tersebut membuat masyarakat tak terkondisikan perubahan industri yang besar-besaran contohnya ya kayak sekarang petani biasanya kan memotong padi di ret sek tapi sekarang sudah ada alat yang lebih praktis kayak pemotong padi. 

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan. Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi yang lama di Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern. 

Nah jadi sosiologi medern ini yang menjadi unsur perkembangan masyarakat Eropa dan Amerika yang mana sebelum mengalami gejala-gejala sosial baik dibidang perekonomian maupun politik. Semoga bermanfaat 

Formad teori Kritis

40 April 2020 pukul 19.00 WIB FORMAD (Forum Mahasiswa Fuad) Sosiologi Agama yang merupakan lanjutan Formad sebelumnya yang membahas mengenai Teori-Teori Sosiologi, Formad ini dipantik oleh Khusna dengan materi Teori Kritis melalui via Grub Whatsapp FORMAD Sosiologi Agama.

Pemantik memaparkan Teori Kritik dibagi menjadi tiga yaitu Kritik kostruktif (untuk melengkapi suatu gagasan), Kritk dekostruktif (gagasan yang di samapaikan memiliki kekeliruan struktur sehinga perlu di produksi ulang) ex Derida struktur lama diganti struktur baru Dan Kritik desdruktif ( gagasan yang disampaikan itu salah jadi buang saja) ex : Hedeger mengkritik metafisika lama Teori Kritis juga disebut dengan Teori kritik Masyarakat  (bartens). 

Jurgen Habermas ( filusuf Jerman) lahir pada 19 juli 1929 Pada mulanya Habermas merupakan seorang Marxisme yang kemudia memodifikasi pemikiran Marxisme yang mana mengandaikan kedamaian social dengan kekerasan atau revolusi, tetapi Habermas menolak hal tersebut, tidak setuju dengan perubahan dengan jalan kekerasan. solusi perubahan social dengan teori komunikasi artinya masyarakat dapat memperbaiki perbuahan social  dengan jalan komunikasi yang disebut dengan demokrasi radikal, maksud dari demokrasi radikal bahwa segala  problem masyarakat hanya dapat diselesaikan dengan proses komunikasi, dialog, yang berlandaskan  rasionalitas. Dalam teori komunikasi dibutuhkan ruang public untuk menjadi media masyarakat berdialog, mengkritik beradu argument, dengan ketentuan kekuasaan setempat tidak boleh mendominasi. 

Dasar Kritik Modernisme mazhab Frankfrut 
1. Paradigma Objektifitas sains : melahirkan Ilmu Tradisional. Cara berfikir objektif ( semua ilmu diperlakukan secara objektif, pasif) artinya manusia beserta prilakunya, emosi, hasrat, di ukur secara kuantitatif

2. Mandul Praksis, Teori modernnya terlalu tinggi-tinggi tetapi tidak mengubah (memperbaiki) apa-apa jadi dianggap gak berguna karena masyarakat tidak mendapatkan dampaknya. Kontribusi nyata dari teori modern tidak ada efeknya pada masyarakat. Misal nya marxisme dia membahas dalam-dalam masyarakat tetapi yang terpentin itu bagi teori kritis bagaimana cara mengubah masyarakat.

3. Tidak emansipatif, Tidak membuat masyarakat menjadi lebih baik, (tidak berdampak pada masyarakat). Missal ketika di barat pada saat itu borjuis sedang marak-maraknya, feodalis menggejala,  anyak orang tertindas dan di dunia timur terjadi penjajahan. Teori-teori yang dilahirkan pada saat itu tidak menyentuh keadaan masyarakat, filsafat tetep canggih tetep mbulet tetapi tidak ada kontribusinya bagi masyarakat).

4. Ilmu untuk Ilmu , Value Free yaitu Perkembangan sains tidak difikirkan dampaknya, asal kan masih bias dikembangkan ya dikembangkan, contoh pmbuatan bom (alasannya ilmu itu netral- tidak dapat dihalangi perkembangannya) semua ilmu pada dasarnya ada kepentingannya.

5. Melanggengkan status Quo "struktur mapan" yaitu (dikritik secara tajam oleh vukoo dengan relasi kuasannya, misalnya ilmuan saintist barat ang di eksekusi)

6. Melupakan Historis, Semua gagasan-teori  muncul karena ada konteks sejarah missal sekularisme karena nbarat sedang kecewa dengan agama (gereja) yang hegemoni (mendominasi), munculnya marxisme karena ada revolusi industry yang mana masyarakat ber-relasi bedasankan rlasi majikan dan buruh, pemilik modal dan pekerja yang mana strukturnya menguntungkan pemilik modal dan sangat merugikan pekerja. Inilah yang disebut dngan historisitas ide. Tidak ada ide yang lahir dari ruang kosong.

Tipe-Tipe Hubungan Manusia da tiga yakni Hubungan dunia Objektif : Subjek-objek (manusia dengan dunia empirisme, objek bersifat pasif), Hubungan dengan dunia social yang didasarkan atas norma-norma : subyek-subyek (manusia dengan manusia lainnya) Dan Hubungan dengan dunia subyektif pemikiran, rasa dan imajinasi : subjek-itself (subjek dengan diri sendiri). Jadi teori kritik ini sangat berpengaruh dalam kehidupan setiap manusia agar dapat mengetahui kebenar dalam kedidupan sosial belajar dari filsuf pertama teori kritik Jurgen Habermas dan  Frankfrut. Semoga bermanfaat. 


Formad Konflik

Selalu adanya surat edaran dari Rektor IAIN Tulungagung bahwa perkulihan untuk saat ini menggunakan sistem daring, maka dari itu diskusi kali ini dilakukan secara online via grub whatsapp yang mana lanjutan dari formad sebelumnya. 
Rabu, 01 April 2020 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama kembali adakan kegiatan rutin, yaitu FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD) secara online. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan dimulai pada pukul 19.00  sampai Selesai di Grub whatsapp Formad Sosiologi Agama.  
FORMAD yang diusung kali ini bertemakan KONFLIK yang dipantik oleh Arifani. Ia memaparkan menhenai konflik yang mana: Menurut Marx hakikat Kenyataan sosial adalah konflik, konflik yaitu suatu kenyataan sosial yang dapat ditemukan di mana saja. Konflik sosial adalah bertentangan denga sekmen-sekmen masyarakat untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai jenis-jenis konflik bisa bermacam-macam yaitu konflik antar individu, antar kelompok, konflik antar bangsa dan sebagiannya. Namun menurut Marx konflik yang sering terjadi ialah konflik yang disebabkan oleh cara produksi barang-barang material. Teori konflik ala Karl Marx lebih menekankan pada pergerakan kaum ploretar atau kaum kelas bawah melawan  pemilik modal atau kapitalis, kelas atas ataubahkan bisa dikatakan kaum borjuis. Pertentangan tersebut menurutnya tidak ada sangkut pautnya dengan sikap hati akan tetapi kepada arah kepentingan yang rancu satu sama lain. 

Ada empat kata kunci konflik menurut Marx yaitu petama dialektika material, kedua produksi, ketiga bentuk masyarakat atau hasil dialektika material seperti perkembangan sejarah manusia, dan keempat kelas sosial atau yang terkenal dengan bertentangan pada masyarakat. Konsep dialektika material merupakan hasil akademik Marx setelah membaca pemikiran Hadge, ia mempengaruhi Marx dalam konsep dialektika. Hadge dikenal sebagai seorang filosof yang melihat bahwa realitas itu dihasilkan oleh proses dialektika, pengetahuan. Mark mengamini teori Dauli farback dalam cara pandang ateis bahwa agama adalah hanyalah candu untuk menganti pengetahuan dengan konsep materialisme. Jadi Marx mempercayai filsafat farback bahwa yang material yang memberikan inpek segara langsung yang terhadap fisik manusia itu merupakan esensi dengan proses dialektika. sehingga Marx kemudian menemukan sendiri yang disebut dialektika material, material merupakan basis superstag yang nantinya menciptakan politik, kebudayaan dan sebagiannya. Di sini bisa kita lihat Marx menempatkan material sebagai esensi atau sebagai inti dari bagimana satu pendapat, satu peradaban, sistem politik, sistem sosial itu terbentuk. Dialektika material berarti disitu kita lihat proses realitas berkembang dalam kehidupan politik dan budaya itu berawal dari kepentingan matering, kepentingan material ini bisa kita gunakan untuk melacak dalam pandangan Marx melacak bagaimana masyarakat berkembang. Pada mula masyarakat terbentuk para ahli menyebut sebagi masyarakat primitif, kepentingan material itu terlihat bagaimana masyarakat primitif bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu makanan mereka harus berburu untuk mendapatkan binatang yang akan mereka makan dengan kelompoknya masyarakat primitif menciptakan alat untuk berburu seperti tombak, panah. Bagi Marx ini rasa awal bagaimana alat produksi dalam sejarah perkembangan masyarakat saat ini terbentuk jadi panah dan tombak tersebut disebut sebagai alat produksi, dalam suatu komunitas masyarakat mengirim kelompoknya untuk berburu yang kemudian mereka membawa alat produksi lalu mendapatkan hasil untuk dibawa pulang dan dibagikan keseluruh anggota kolmpok dengan rata. Dalam pandangan Marx masyarakat primitif pembagian itu bersifat adil dalam pengertian setiap warga itu terpenuhi, proses dari hasil berburu tersebut yang disebut Marx sebagai cara produksi. 
Bentuk masyarakat yang selanjutnya pada pandangan Marx berdasarkan pada man and of prodaccen adalah masyarakat agraris yang dikaitkan dengan bagaimana perkembangan masyarakat primitif yang awalnya nomaden lalu popolasinya mereka semakin besar akhirnya mereka harus menetap. Ketika mereka mulai tinggal menetap mereka menciptakan lagi alat produksi yang beda dengan sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dari situlah berkembangnya alat-alat produksi untuk melakukan cocok tanam, ternak dan sebagiannya kemudian alat produksi itu diimbangi dengan mode of prodaksen dalam masyarakat. Dalam perkembangan ketika populasi mulai berkumpul pada satu tempat baru memulai menciptak sebuah kepemimpinan mengorganisasikan yang akan bekerja di masyarakat. Dari sinilai diciptakannya kelas keorganisasian kelas agar masyarakat tetap bisa menjalankan tersebut. Terciptanya satu kelas baru dalam masyarakat yang mengatur dan menguasai masyarakat yang lain.
konflik bisa menciptakan tatanan kehidupan yang lebih baik. Manusia yang sehat adalah manusia yang hidup dalam konfliktual. Manusia yang hidup dalam keseimbangan dianggap tidur dan tidak berkembang dalam proses kemajuan. Sebab, konflik sosial adalah kekuatan sosial utama sebagai proses dari perkembangan masyarakat menuju tahap-tahap yang lebih sempurna. Sepertinya gini keinginan Marx untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas bukan tanpa alasan. Tapi sebab adanya kesenjangan yang didominasi oleh mereka yang lebih berkuasa dan berharta. Begitu. Kayak orang kapitalisme yang mempunyai modal pabrik lalu memperlakukan kaum buruh dengan se enaknya. Adanya teori kelas itu untuk mengedintifikasi kelas-kelas yang ada di masyarakat waktu itu dimana Marx menjadi kan dua kelas yaitu Borjuis dan ploretar sebeelum adanya kapitalisme itu ada feodal dan ploretan, Kapitalisme ini dipelopori oleh Karl Marx. Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi dimana individu mempunyai hak untuk mempunyai faktor-faktor produksi seperti pabrik, mesin dan modal. Sehingga mereka bisa melakukan bebas untuk memperkerjakan seseorang sehingga bisa meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Tetapi kapitalisme itu di kritik oleh sosialisme
Semoga bermanfaat. 

Tuesday, March 10, 2020

Bedah Isu Kekeluargaan "RUU Ketahanan Keluarga Dalam Kacamata Sosiologi"

Kamis, 05 Maret 2020 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama mengadakan kegiatan rutin FORMAD Bedah Isu (Forum Mahasiswa FUAD) . Kegiatan ini terbuka untuk umum dan dimulai pukul 19.00 WIB sampai 21.00 WIB. FORMAD ini perdana dengan Bedah Isu yang bertepatan di Bilkop caffe Tulungagung.

FORMAD yang disusun kali ini berbeda dengan FORMAD mingguan lantasan ini dengan membawakan isu-isu yang beredar di masyarakat dengan FORMAD Bedah Isu Kekeluargaan dengan tema RUU Ketahanan Kekeluargaan Dalam Kacamata Sosiologi. FORMAD kali ini dipantik oleh bu Fitria Rismaningtyas, M.Sos selaku dosen Sosiologi Agama IAIN Tulungagung dan moderator Aminatul Khasanah mahasiswa Sosiologi Agama semester enam. 


Bu Fitria selaku Dosen Sosiologi Agama IAIN Tulungagung menjelaskan tentang Bedah Isu Kekeluargaan dengan tema RUU Ketahanan Keluarga dalam Kacamata Sosiologi. Keluarga merupakan satuan unit terkecil dalam Masyarakat. Keluarga merupakan media bagi perkembangan anak. Namun di era yang semakin modern ini fungsi keluarga semakin berkurang. 

Banyak tantangan yang di di era yang modern ini contoh tantangan nya seperti di era yang modern ini contoh tantangan nya seperti: pertama Pendidikan, Dalam hal pendidikan peran keluarga saat ini menjadi lebih sedikit karena tergantikan oleh teknologi aplikasi yang sudah banyak mencangkup tentang pendidikan. Contohnya saja dengan adanya aplikasi bimbel online "ruangguru". Karena adanya aplikasi berteknologi ini orang tua cenderung untuk memasakkan anaknya untuk belajar dengan aplikasi berteknologi. 

Kedua Agama, Begitu pula dengan urusan agama titik saat ini orangtua cenderung untuk menaruh anaknya di sekolah yang sudah dibekali dengan agama. Di sekolah yang plus agama ini anak mendapat materi  tambahan dan pulang lebih lama dari sekolah biasa Karena itu waktu anak dan keluarga akan cenderung berkurang dan orang tua lebih memasrahkan anaknya kepada sekolah untuk urusan agama. "Seperti pondok pesantren atau madrasah"- tutur bu fitri. 
Setelah menikah pasangan suami istri akan mendepatkan tempat tinggal baru. Hal ini terdiri dari beberapa bagian: Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. Pertama, Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. Kedua, Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. Ketiga, Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah suami.
"Pada era modern dan pasca modern ini, keberadaan keluarga besar semakin mengecil. Wanita dan laki-laki sekarang ini menganggap bahwa pernikahan tidak penting". Ungkap bu fitri. 
Di era saat ini ni semakin banyak terdapat keluarga modern, keluarga modern sendiri merupakan keluarga yang apabila seorang laki-laki dan perempuan setelah menikah maka mereka tinggal di satu rumah tersendiri. Maksudnya, mereka tidak tinggal di keluarga laki-laki ataupun keluarga dari perempuan. Keluarga modern sendiri lebih memiliki anggota keluarga yang kecil, semakin modern keluarga itu maka semakin kecil pula anggotanya karena mereka menganggap anak sebagai beban kebutuhan. Keluarga modern dapat dijumpai di negara maju seperti Jepang dan Korea.

Bu fitri menjelaskan bahwa "negara kita, Indonesia saat ini tengah mendapatkan bonus demografi. Lain dengan negara maju yang krisis demografi akibat menurunnya minat warganya terhadap menjalin hubungan pernikahan dan ketakutan mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga." 
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan adalah angka fertilitas( angka kelahiran rendah) "Di negara Jepang dan Korea tingkat kelahiran rendah karena masyarakat Jepang dan Korea tidak mau menikah mereka menganggap apabila menikah biaya yang dikeluarkan akan bertambah karena dalam pernikahan harus menjalin Solidaritas tas yang baik dalam keluarga". Dan Tindak KDRT. 
Ketahanan keluarga sendiri adalah sikap sebuah keluarga untuk bisa mengatasi masalah masalah lokal yakni Perkawinan dan global yakni Ekonomi. Dalam RUU ketahanan keluarga ada beberapa yang harus diperhatikan yakni Ingin melindungi keluarga dari globalisasi dan melindungi kultur budaya, Negara memperkuat posisi Lelaki pada keluarga, dan terlalu membebani suami dalam urusan publik(bekerja dan ikut menjaga ketahanan umum). 
RUU ketahanan keluarga menjadi kontroversi lantaran pasal tersebut secara tidak langsung, bahwa laki-laki juga mendapatkan diskriminasi, bukan hanya perempuan saja. Pada pasal 25, suami harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan perempuan harus bekerja pada sektor domestik saja. Terjadi perdebatan, karena "RUU ini terlalu ikut campur dalam urusan personal dalam rumah tangga."-ujar bu fitri selaku pemateri. 
Sebagai penutup, bu fitri menambahkan. "Yang harus dilakukan negara terhadap ketahanan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang baik, pelayanan pendidikan yang bisa diakses siapapun, stop kekerasan terhadap anak, stop pelecehan dan negara mampu menjamin bahwa masyarakatnya bebas dari narkoba." 

Lathifatul Azizah dan Ulul Mahmudah

Monday, March 9, 2020

Formad 3 Post Strukturalis

Jum'at 06 Maret 2020 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama kembali mengadakan kegiatan mingguan rutin FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD). Kegiatan ini terbuka untuk umum dimulai pukul 10.00 WIB sampai 11.20 WIB di Balkon lantai tiga Gedung K. H Arief Mustaqim. FORMAD ini merupakan  lanjutan materi dari FORMAD-FORMAD sebelumnya lantasan saling kritik mengkritik, kali ini FORMAD dengan tema Post Strukturalis yang dipantik oleh saudara Miftahul Ulum Amaliyah.

Ulum memaparkan mengenai post strukturalis pada abad moderen ialah suatu simbol berdasarkan bahasa. Ulum menyampaikan pendapat dari  Kang Saiful post strukturalis ialah kritik, melanjutkan. Sedang Ulum sendiri berpendapat bahwa post strukturalis ini merupakan memperbarui, melanjutkan, mengeritik yang ada dalam strukturalis. Ada dua filsuf mengeritik post strukturalis yang sangat berpengaruh yakni Derida dan Michele Faucault.
Derida mengeritik filsuf Ferdinand de Saussure bahwa struktur bahasa yang berpengaruh, manusia harus bisa menganalisis tidak hanya dari luarnya namun dalamnya juga. Struktur ini dianggap kaku, bahasa yang ditekankan, manusia hanya bertahan yang di tekan pada struktural. Penggunaan bahasa yang mengunakan dua bahasa yakni linguistik dan parol. Linguistik ialah bahasa yang formal, bahasa yang digunakan pemerintah, bahasa baku sehingga tidak semua masyarakat mengerti. Sedangkan parol ialah bahasa biasa, bahasa yang digunakan sehari-hari.
Tokoh yang kedua Michele Faucault mengeritik struktur yang dijadikan obek dengan memanfaatkan kekuasaan karena ia terkenal dengan pemikiran Relasi Kuasanya. Strukturalis yang tidak hanya fokus pada sistem dan struktur, bahwa semuanya itu tergantung objeknya. Yang menjadi garis besar kritikan Faucault ini ialah melawan keketatan sistem dalam bahasa dan mengembangkan peran manusia sesuai objek yang diatur oleh sistem. Saat zaman strukturalis manusia sebagai subjek namun manusia seakan-akan dikesampingkan malah yang menjadi objek bahasa.
Adi melontarkan pertanyaan kepada Ulum mengenai sebagi objek subjek dalam kekeluargaan yang timbul dari perasaan, Ulum menjawab pertanyaan tersebut "dalam keluarga suami istri semisal si A merasa didiskriminasikan ia tetap sebagai objek walaupun perannya tidak berjalan dengan sepenuhnya".
Dari pemaparan tersebut garis besarnya para tokoh filsuf mengertik strukturalis yang menekankan pada bahasa yang dianggap kaku, melawan keketatan sistem dalam berbahasa dan mengembangkan peran manusia sebagi objek yang diatur oleh sistem.
Penulis: Siti Mariyam

Sunday, March 1, 2020

Formad 2: Menyelisik Fungsionalis Struktural
Jumat, 28 Februari 2020, pukul 07.30 – 09.00 WIB Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama melaksanakan kegiatan Forum Mahasiswa FUAD (FORMAD) di Balkon Gedung Arief Mustaqiem lantai tiga. FORMAD kali ini membahas tentang “Fungsionalisme Struktural” yang dipantik oleh Natasya Pazha Denanda dan dimoderatori oleh Muhammad Yahya.


Natasya menjelaskan bahwa Teori Fungsionalisme Struktural dicetuskan oleh tokoh Sosiologi yang bernama Emile Durkheim. Emile Durkheim ini menganalogikan fungsionalisme struktural sebagai satu kesatuan organisme.
Ada dua tokoh sosiologi yang terpengaruh oleh Teori Fungsionalisme Durkheim, yaitu:


  1. Talcott Parsons

Talcott Parsons adalah seorang sosiolog yang lahir pada 13 Desember 1902 di Colorado, Amerika. Ia meninggal pada 8 Mei 1979 di Munich, Jerman. Talcott berasal dari keluarga yang memiliki intelektual tinggi dan ayahnya seorang pendeta gereja, seorang profesor, dan presiden dari sebuah kampus kecil.
Sebagai seorang sosiolog kontemporer dari Amerika Talcott menggunakan pendekatan fungsional. Pendekatannya juga dipengaruhi oleh pemikiran August Comte, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Hal tersebut menyebabkan Teori Fungsionalisme Talcott Parsons bersifat kompleks.
Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu tindakan individu manusia yang diarahkan pada tujuan. Menurut Talcott Parsons tindakan sosial adalah suatu tindakan individu yang berinteraksi dengan individu lain yang mempengaruhi individu tersebut. Ada beberapa tindakan imperatif fungsional diantaranya, yaitu tindakan rasional instrumental, nilai, afektif dan tradisional.
Pemikiran Talcott Parsons tentang Teori Agil ada empat:

  •  (Adaptasi) yaitu sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat, sistem harus menyesuaikan dengan lingkungannya.G
  • Goalattainment (pencapaian tujuan) yaitu sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
  • Integration (integrasi atau pembauran) yaitu sebuah sistem harus bisa mengatur komponen-komponennya.L(
  • Latencypemeliharaan pola) yaitusistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural.
2. Robert King Merton

Robert King Merton adalah seorang sosiolog yang lahir pada 4 Juli 1910 di pemukiman kumuh di Philadelphia, Amerika. Ia meninggal pada 23 Februari 2003 di New York, Amerika. Merton mengembangkan konsep keseimbangan bersih. Ia juga mengkritik tiga postulan (asumsi yang jadi pangkal dalil yang dianggap benar tanpa perlu membuktikannya), yaitu:

  • Postulat ksatuan fungsional masyarakat (semua keyakinan dan praktik-praktik kultur budaya dan sosial sudah di standarkan untuk kemanfaatan masyarakat).P
  • Postulatfungsional universal (semua aspek yang ada di masyarakat itu sudah baku dan memiliki fungsi-fungsi positif).
  • Postulatkebutuhan mutlak (dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting. Ada dua istilah yaitu difungsi (memelihara situs sosial dan memberikan nilai negatif) dan nonfungsi (lebih ke konsekuensi-konsekuensi atau sudah tidak relevan).

Setelah Natasya selesai memaparkan tentang Fungsionalisme Struktural kepada teman-teman jurusan Sosiologi Agama, moderator langsung membuka pertanyaan bagi siapa yang ingin bertanya. Dan selesai sesi tanya jawab moderator langsung menutup diskusi tersebut.
Nurul Arifah (Sosiologi Agama Semester 2B).

Sunday, February 23, 2020

Forum Mahasiswa Fuad HMJ Sosiologi Agama 1

Sosiologi Agama Gelar FORMAD Perdana di Semeater Genap

Jum'at, 21 Februari 2020 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama kembali adakan kegiatan rutin, yaitu FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD). Kegiatan ini terbuka untuk umum dan dimulai pada pukul 7.30 WIB sampai 8.40 WIB. FORMAD Perdana ini bertempat di Balkon Lantai 3 Gedung Arief Mustakim.
FORMAD yang diusung kali ini bertemakan Strukturalisme. Di mana itu adalah suatu paham yang pernah berkembang di era Modern ini. Kali ini, FORMAD dipantik oleh Adi Yulianto, ketua HMJ Sosiologi Agama 2019-2020.
 

Adi memaparkan bahwa Strukturalisme berasal dari Bahasa Inggris yakni Structuralism yang artinya membangun. Secara terminologi, strukturalisme adalah paham atau pandangan yang menyatakan bahwa masyarakat dan budaya memiliki struktur. Struktur yang menyadari semua hal tentang manusia dari perlakuan, pikiran dan perasaan. Strukturalisme berkembang pada tahun 1950-1960an, namun pada tahun ke 1970 strukturalisme mendapat kritikan karena dianggap ahistorisme. 
Adapun ciri-ciri strukturalisme, yaitu memfokuskan pada deskripsi keadaan akal objek melalui penyelidikan ataupun penelitian. Pemantik memaparkan bahwa struktur menjadi aspek pertama dalam strukturalisme, yang merupakan teori menyatakan dari sebuah gejala budaya untuk membangun teoritis yang tersusun dari unsur-unsur yang saling berhubungan. 
Berbeda lagi dengan Strukturalisme Prancis. Di mana strukturalismenya menekankan pada Bahasa. Salah satu tokohnya, yaitu Berers menyatakan bahwa bahasa-bahasa disimbolkan dari A-Z. Hal ini diperjelas dengan Proaoretik (kode dengan suatu benda), Hermeunetik (Kode mengajukan pertanyaan), Kultural (kode yang mengandung referensi pada pengetahuan umum), Semis atau Konotatif (Kode yang terkait dengan tema), Simbolis (kode yang berkaitan dengan tema namun simbolis ini jangkauannya lebih besar dan luas).
Sedangkan, dari sisi subtansi pandang para ahli, strukturalisme mempunyai aspek yang begitu luas. Selain itu juga dapat dipahami sebagai Movment of mind (gerakan pemikiran), metode, evolusi kajian linguistik, dan lain sebagainya. 
Lebih jauh lagi, pemantik mengangkat pembicaraan dari salah datu tokoh strukturalisme, yaitu Ferdinand de Saussure. Ia  adalah filsuf kontemporer yang muncul pada abad ke-20. Menurut de Saussure, strukturalisme adalah cara filsafat yang mendasari semua pemikiran abad modern dan linguistik merupakan salah satu Ilmu yang sistematis dalam bidang humaniora.
Selain itu, de Saussure juga telah meletakkan linguistik moderen dan ia sudah menerbitkan karya tulisnya melalui buku yang berjudul Cours de Linguistique general pada (1916). Dari buku tersebut, teori linguistiklah yang dicantumkan dalam strukturalisme. 
Pemantik mengakhiri diskusi dengan pemaparan ringkas tentang strukturalis. Hingga diskusi ditutup dengan tanya jawab.
Siti Mariam (Sosiologi Agama Semester 2A)